Assalamua'alaikum Wr.Wb. Salam Sejahtera untuk kita semua. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)Cabang Cirebon, saat ini telah membuka peluang bagi para pengunjung baik remaja ataupun tua untuk berbagi dan berkonsultasi bersama kami dalam program pendidikan kesehatan reproduksi remaja (sexualitas, Napza dan HIV-AIDS untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan bertanggung jawab terima kasih

Proposal Perluasan Respon

PERLUASAN RESPON
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA NAPZA DAN HIV-AIDS MELALUI GERAKAN WARGA PEDULI AIDS (WaPA)
PELAKSANA PROGRAM PERKUMPULAN KELUARGA BERENCANA INDONESIA (PKBI) CABANG CIREBON
TAHUN 2013

I. LatarBelakang

HIV dan AIDS di kabupaten Cirebon sudah secara resmi dilaporkan sejak tahun 2003 sebanyak 18 kasus HIV positif di Lembaga Pemasyarakatan Gintung dan pada tahun 2005 mulai ditemukan kasus HIV positif dimasyarakat sebanyak 23 kasus. Selamakurun waktu sembilan (9) tahun terakhir, kecenderungannya tidakpernah berkurangapalagi berhenti, bahkan terus meningkat. Hingga Nopember 2012 tercatat sebanyak 626 kasus HIV positif yang menyebar di 38 Kecamatan yang ada di kabupaten Cirebon.

Peyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza yang disuntikkan) serta transaksi seksual beresiko telah menjadi kontributor terbesar meningkatnya kasus HIV Positif dikabupaten Cirebon, hingga meluas pada populasi umum (komunitas ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak). Fenomena ini tentu akan berdampak langsung terhadap Angka Harapan Hidup (AHH) yang akan mempengaruhi asfek sosial, ekonomi, politik, dan keamanan, serta merusak generasi muda sebagai penerus bangsa.

Untuk mewujudkan masyarakat yang bebas dari prilaku sexs bebas yang tidak aman serta penyalahgunaan Napza Suntik yang berpengaruh terhadap tingginya kasus HIV-AIDS di kabupaten Cirebon, tentu bukanlah sesuatu yang mudah, karena penanganan tidak dapat dilakukan secara parsial. Programperludilakukansecaramenyeluruh, multisegi dan melibatkan berbagai unsur pemerintah suwasta terutama masyarakat. Tentu aspek preventif harus mendapat perhatian serius, karena sebagian besar warga masyarakat di Kabupaten Cirebon masih dapat diselamatkan dan korban yang sudah terlanjur harus mendapatkan penanganan yang komprehensif.

Upaya preventif untuk melakukan perluasan respon pencegahan dan penanggulangan bahaya Napza dan HIV-AIDS, akan lebih efektif apabila mengikutsertakan seluruh komponen masyarakat pada tataran menengah dan tataran bawah (tingkat RW dan Desa) karena merekalah sebenarnya yang paling memahami situasi dan kondisi di wilayahnya masing-masing. Pemahaman dan kemampuan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan harus ditumbuhkan  dan dikuatkan terlebih dahulu melalui sosialisasi kepada setiap aktivfitas komunitas yang berada pada kelompok masyarakat seperti kaderisasi yang melibatkan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), posyandu, Karang Taruna, Tokoh agama dan tokoh masyarakat lainnya.  Hal ini penting dilakukan mengingat selain HIV-AIDS, angka kriminalitas yang dilakukan oleh pengguna napza meningkat kuat yakni hampir 70% pengguna Napza melakukan kriminalitas seperti pencurian, perampokan, dan lain – lain.

Upaya preventif yang sudah dilakukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dan KPA kabupaten Cirebon sejak tahun 2007 hingga2008 melalui program Warga Peduli AIDS (WaPA) di lima kecamatan – Kedawung, Plumbon, Lemah Abang, Sumber dan Arjawinangun – menunjukan hasil yang cukup baik untuk melakukan penguatan respon pencegahan dan penanggulangan bahaya NAPZA dan HIV-AIDS berbasis masyarakat di kabupaten Cirebon.Upaya tersebut akan lebih berdampak signifikan bila terus diperluas ke wilayah kecamatan lain yang sudah memiliki kasus HIV-AIDS seperti:Klangenan, Palimanan, Suranenggala, Mundu, Beber, Sindanglaut, Babakan, Kubangdeleg, Gebang, Losari, Ciledug, Pangenan, Waruroyom, Dukupuntang, Kamarang, dan Karangsembung, yang berdasarkan hasil pendampingan selama ini memiliki basis komunitas resiko tinggi tertular HIV-AIDS (Pekerja Seks Komersial, Waria, Pelanggan seks, Homo seksual dan pecandu Napza suntik). Pelibatan masyarakat pada tataran paling bawah(tingkat RW dan Desa) sangat efektif terutama dalam penyebarluasan informasi pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS serta program dukungan terhadap Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) melalui lokal level institusi maupun tokoh masyarakat potensial yang mereka miliki, karena merekalah sebenarnya yang paling memahami situasi dan kondisi di wilayahnya, sehingga terciptalah sinergitas program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS.

Secara umum strategi pelaksanaan program ini akan dilakukan melalui ; pembentukan kader di tingkat RW dan Desa, memperkuat sistem informasi bahaya Napza dan HIV-AIDS,mendekatkan layanan puskesmaske masyarakat melalui penguatan fungsi Puskesmasdenganmembentuk wadah koordinasi penanggulangan NAPZA dan HIV-AIDS di tingkat RW dan Desa melalui Gerakan Warga Peduli AIDS (WaPA).
II. Sasaran, Tujuan dan Hasil Program
Sasaran;
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut diatas, maka sasaran programperluasan respon pencegahan dan penaggulangan NAPZA dan HIV-AIDS oleh Pelaksana Program Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)Cirebon bekerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS kabupaten Cirebon serta Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon meliputi; Terlaksananya program pencegahan dan penanggulangan NAPZA dan HIV-AIDS berbasis masyarakat lokal (RW/Desa dan kelurahan) melalui WargaPeduli AIDS (WaPA) kabupaten Cirebon.

Tujuan;
Guna mencapai sasaran tersebut di atas, beberapa tujuan utama dari program perluasan respon pencegahan dan penanggulangan Napza dan HIV-AIDS melalui Gerakan Warga Peduli AIDS (WaPA) ini adalah;
  1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai program pencegahan dan penanggulangan Bahaya NAPZA dan HIV-AIDS.
  2. Meningkatkan cakupan dan capaian program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di kabupaten Cirebon.
  3. Meningkatkan peran kelompok risiko dan kelompok lokal level institusiyang berada di tingkat RW dan Desadalam melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan NAPZA dan HIV-AIDS.
  4. Meningkatkan komitmen politis pemimpin lokal (Camat, Kepala Desa, Ketua RW) dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Napza dan HIV-AIDS.
  5. Terbentuknya wadah koordinasi pencegahan dan penanggulangan Napza dan HIV-AIDS pada tingkat RW dan Desa atau kelurahan.

Outcome/hasil;
Hasil–hasil yang akan dicapai sesuai dengan tujuan program yang di laksanakan diantaranya;
  1. Menurunnya stigma dan diskriminasi di masyarakat terhadap Pecandu Suntik dan Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA).
  2. Meningkatnyaakses layanan informasi, rujukan kesehatan bagi komunitas resikotinggi tertular HIV-AIDS seperti Pekerja Seks Komersial, Waria, Pelanggan seks, Homo seksual dan pecandu Napza suntik secara berkualitas, dan mencukupi, termasuk akses layanan rujukan medis dan non medis di masyarakat.
  3. Terbentuknya kerjasama dan sinergitas pelaksanaan program penanggulangan bahaya NAPZA dan HIV-AIDS di Kecamatan prioritas (Klangenan, Palimanan, Suranenggala, Mundu, Beber, Sindanglaut, Babakan, Kubangdeleg, Gebang, Losari, Ciledug, Pangenan, Waruroyom, Dukupuntang, Kamarang, dan Karangsembung).
  4. Masuknya Program penangulangan Bahaya Napza dan HIV-AIDS dalam prioritas program di tingkat RW, Desa atau kelurahan serta kecamatan.
  5. Tersedianya sarana komunikasi secara formal dan non formal dalam mendukung pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan bahaya NAPZA dan HIV-AIDS di masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog PKBI